Selain itu, secara historis, memang biasanya roda perekonomian bergerak lebih kencang pada April-Juni, sehingga pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi.
"Biasanya memang kuartal II meningkat, hal ini terlihat dari survei ritel di sejumlah pasar, khususnya di restoran, hotel, dan lainnya. Jadi konsumsi rumah tangga itu naik," ungkap Perry di Kompleks Gedung BI, Jakarta, Jumat (31/5).Kendati percaya diri bahwa kontribusi pertumbuhan ekonomi dari konsumsi rumah tangga akan meningkat, namun Perry belum bisa meramal seperti apa perekonomian Indonesia secara keseluruhan pada kuartal II nanti. Sebab, menurutnya, beberapa indikator penyumbang pertumbuhan masih harus dipantau. "Kami masih pantau investasi swasta. Dari angka impor sebenarnya menurun, tapi kredit modal kerja masih naik," kata orang nomor satu di bank sentral nasional. Sebelumnya, Perry sempat mengatakan bahwa kemungkinan kinerja ekspor Indonesia akan melambat sepanjang tahun ini. Hal Potensi itu muncul karena beberapa lembaga internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan melambat.Salah satunya karena ketegangan hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali muncul. Selain itu, ada pergerakan harga komoditas di pasar dagang internasional. "Kami tidak bisa menafikan bahwa perlambatan ekonomi dunia dan perang dagang ini berdampak ke seluruh negara. Bahwa sumber pertumbuhan dari ekspor ini semakin sulit dijadikan andalan," jelasnya. Tahun ini, BI memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh di kisaran 5,2 persen. Sementara pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi menyentuh angka 5,3 persen. Sedangkan per kuartal I 2019, ekonomi Tanah Air bertengger di kisaran 5,07 persen. (uli/agt)
http://bit.ly/2Wi3HqU
June 01, 2019 at 03:39PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2Wi3HqU
via IFTTT
No comments:
Post a Comment