Mereka memperkirakan inflasi Ramadan dan mudik Lebaran 2019 akan terpusat pada bulan ini.
"Pada Ramadan tahun ini jatuhnya di awal bulan. Kemungkinan besar kenaikan harga-harga bisa terjadi di Mei karena lebarannya ada di Juni 2019," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Kamis (2/5).
Selain itu, peningkatan kewaspadaan harus dilakukan karena lampu kuning inflasi sudah menyala pada April kemarin. BPS mencatat inflasi bulanan April sudah mencapai 0,44 persen, lebih tinggi dibandingkan April 2018 yang hanya sebesar 0,1 persen dan April 2017 yang hanya sebesar 0,09 persen.
Jika melihat data historis, periode Ramadan dan Lebaran biasanya akan meningkatkan permintaan dan inflasi. Tahun lalu, dampak kenaikan harga menyebar di mana sebagian terjadi di Mei 2018 dan sisanya di Juni 2018.
"Tahun ini (dampak inflasi ramadan dan lebaran) akan menumpuk di Mei," ujarnya.
Untuk itu, Suhariyanto menilai pemerintah perlu menyiapkan strategi khusus agar inflasi pada Mei 2019 terkendali. Ledakan inflasi di Mei 2019 bisa dicegah jika pemerintah menjaga ketersediaan pasokan dan distribusi bahan kebutuhan pokok.
Menurut Suhariyanto, pemerintah masih punya peluang memperbaiki masalah tersebut agar inflasi tidak tinggi. Menurutnya, sejumlah bahan pangan masih memiliki peluang deflasi pada bulan ini di antaranya bawang merah dan bawang putih yang bulan lalu mengalami kenaikan karena pasokan.
Sebenarnya, dampak Ramadan dan Lebaran pada inflasi secara tahunan sama. Hanya saja, jika menumpuk dan mendongkrak inflasi pada satu bulan bisa menimbulkan efek psikologis ke pasar.
"Waktu menjadi krusial. Kebijakan boleh sama, tetapi (dampak) di awal bulan sama di tengah bulan bisa berbeda," ujarnya.
Lebih lanjut, Suhariyanto menilai potensi inflasi pada Mei 2019 tidak akan mengganggu target inflasi tahun ini yang dipatok 3,5 persen. Pasalnya, secara akumulasi, inflasi Januari- April tercatat 0,8 persen.
(sfr/agt)http://bit.ly/2DIJrn8
May 02, 2019 at 08:37PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2DIJrn8
via IFTTT
No comments:
Post a Comment