"Penyebab penurunan jumlah penumpang angkutan udara domestik adalah harga tiket yang masih tinggi," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Kamis (2/5).
Meskipun merosot, Suhariyanto mengatakan secara bulanan, jumlah penumpang domestik pada Maret 2019 kemarin masih tumbuh 7,18 persen dibandingkan Februari 2019.
Sementara itu berdasarkan data BPS, kenaikan tarif angkutan udara masih terjadi hingga April 2019. Kenaikan tersebut tercermin dari andil angkutan udara terhadap inflasi April 2019 yang 0,44 persen.
Catatan BPS, angka inflasi tersebut, 0,03 persen di antaranya disumbang oleh harga tiket pesawat. Secara tahunan pun demikian, dari total inflasi 2,83 persen, harga tiket pesawat menyumbang peran 0,31 persen.
Penurunan jumlah penumpang pesawat domestik menjadi perhatian Suhariyanto. Maklum, kalau terus dibiarkan, penurunan tersebut bisa berpengaruh pada sektor transportasi dan pariwisata.
Dalam skala yang lebih luas, penurunan tersebut juga akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi. Dampak tersebut sudah bisa terlihat dari tingkat hunian kamar hotel yang merosot sejak kenaikan harga tiket pesawat diberlakukan.
Tercatat, tingkat hunian kamar hotel berbintang pada Maret 2019 hanya sebesar 52,89 persen atau turun 4,21 poin dibandingkan Maret 2018 57,1 persen. "Perlu diingat, tingkat hunian kamar hotel ini tidak hanya berasal dari wisatawan mancanegara tetapi juga dari turis domestik," ujarnya.
Karenanya, Suhariyanto berharap pemerintah perlu segera mencari cara untuk menekan harga tiket pesawat. Terlebih, sebentar lagi akan memasuki Ramadan dan periode mudik lebaran yang biasanya mendongkrak tarif angkutan udara.
"Saya yakin Pak Menko (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan) dan Pak Menhub (Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi) sedang berusaha, rapat, untuk menyelesaikan masalah tiket ini," ujarnya.
http://bit.ly/2V756Qu
May 02, 2019 at 07:55PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2V756Qu
via IFTTT
No comments:
Post a Comment