Lewat akun twitter pribadinya @mohmahfudmd, Mahfud mengatakan di media sosial, banyak pihak mengira ia dan Andi Arief bermusuhan. Namun hal itu berbeda dengan kenyataannya.
"Di jagat medsos orng mengira sy dan Andi Arief musuh. Di dunia nyata kami tetap sahabat," kicau Mahfud, Jumat (3/5).
"Dia adl alumni Yogya yg memanggil sy 'Senior', sy memanggil dia 'Mas'," tambahnya.
Mahfud juga bercerita selain bertemu Andi Arief, ia juga bertemu elite Partai Demokrat lain seperti Amir Syamsuddin dan Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan.
Sejauh ini Andi Arief belum berkicau soal pertemuannya dengah Mahfud di Singapura tersebut.
Dalam berbagai kesempatan, Mahfud MD dan Andi Arief kerap berdebat dan tak jarang berujung panas sampai mengancam akan membawa ke ranah hukum.
Andi pernah mengancam akan menuntut Mahfud ke jalur hukum lantaran pakar hukum tata negara itu sok tahu terkait dugaan kasus narkoba yang dialaminya.
Saat Andi Arief ditangkap, Mahfud MD sempat mengenang kembali perdebatan dirinya dengan Andi Arief di Twitter soal hoaks tujuh kontainer surat suara dalam kondisi tercoblos pada Januari lalu.
Dalam perdebatan itu Mahfud juga sempat menyinggung twit lamanya soal narkoba dapat membunuh anak bangsa.
"Pak Prof @mohmahfudmd, Anda jangan berspekulasi dan sok tahu soal kejadian yang sedang saya alami. Saya bisa tuntut Anda dalam jalur hukum dan meminta lembaga yang memberi Anda gelar profesor mencabut gelar itu karena sok tahu dan sok bener," kata Andi melalui akun twitternya @AndiArief_, Rabu (6/3).
Andi meminta Mahfud agar tidak berspekulasi dan menyerahkan perkara yang dihadapinya kepada kepolisian. Ia menegaskan dirinya sampai saat ini belum diadili. Mahfud diminta tidak menyimpulkan sembarangan soal kasus yang dihadapinya.
Tak hanya itu, Andi pernah menyindir sebuah berita dengan narasumber Mahfud. Dalam berita tersebut disebutkan Mahfud mengusulkan agar presidential threshold sebesar 20 persen ditinjau ulang.
"Dulu setuju, sadar belakangan. Pasti lagi Tremor ini," kicau Andi Arief di lewat akun Twitter pribadinya, pukul 06.35 WIB, Kamis (25/4).
Dalam kicauan yang merujuk pada cuit judul berita tersebut, Andi tak menuliskan nama akun Twitter Mahfud MD. Selang sekitar 2,5 jam kemudian, Mahfud membalas di kicauan Andi.
"Hahaha, ente Dik. 2 tahun lalu, saat RUU Pemilu sedang dibahas saya sudah nulis di KOMPAS dengan terang benderang bahwa saya tak setuju threshold 20%. Saya juga menulis itu untuk makalah di Fraksi Golkar. Saya setujunya 3,5% (parpol yang sudah punya kursi di DPR). Baca-baca dulu, ya, dik. Pasti ente yang tremor," sindir Mahfud pada pukul 09.05 WIB.
Mahfud lalu mencuitkan dua tautan berita daring yang menunjukkan sikapnya soal presidential threshold pada 2017 silam.
"Heran juga saya pada @AndiArief__. Pendapat saya bahwa threshold Pilpres 20% itu tidak rasional sudah dikutip banyak media dan saya tulis sendiri sebagai artikel di harian KOMPAS. Dia masih bilang saya dulu setuju threshold 20%? Itu di cuitan tadi sudah saya lampirkan buktinya. Siapa yang tremor? Kasihan," kicau Mahfud pada pukul 09.22 WIB.
Mahfud pun menyinggung pernyataan-pernyataannya yang dikutip sejumlah media massa pada 1 Agustus 2017 silam ketika ada uji materi UU Pemilu di MK.
"Saya usul Threshhold Pilpres itu 3,5%, jangan 20%. Jauh sebelum itu saya juga banyak dikutip dan nulis bahwa yang rasional adalah 3,5%. Jadi, sejak dulu pun sy tak pernah setuju threshold 20% untuk Pilpres," tulis Mahfud pada pukul 09.37 WIB.
Menyikapi jawaban tersebut, sekitar pukul 10.20 WIB Andi membalas dengan menyatakan Mahfud MD sedang bermain aman melihat situasi terkini.
"Anda main aman prof. Lihat angin. Saat voting di parlemen anda enggak ngapa-ngapain. Lihat arah angin. Tapi itu kan sikap anda. Saya hargai," katanya.
[Gambas:Video CNN] (dal/DAL)
http://bit.ly/2VHlMgU
May 04, 2019 at 03:24AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2VHlMgU
via IFTTT
No comments:
Post a Comment