Indeks teknologi informasi S&P 500 telah melonjak 9 persen pada bulan Juni, bulan terkuat dalam tiga tahun, dengan rekor tertinggi pada 21 Juni, mencerminkan meningkatnya minat investor terhadap risiko, karena mereka menjadi lebih percaya diri bahwa Bank Sentral Amerika akan memangkas suku bunga untuk mendukung ekonomi yang melambat.
Itu juga menunjukkan bahwa sebagian besar Wall Street percaya diri bahwa Presiden AS Donald Trump, yang telah menunjukkan ketidaksukaan terhadap penurunan pasar saham, pada akhirnya akan menyelesaikan konflik perdagangan negara dengan China.
Sembari menanti bukti kemajuan di bidang perdagangan, investor akan menyaksikan pertemuan antara Trump dan Presiden China, Xi Jinping, yang direncanakan berlangsung dalam rangkaian KTT Kelompok 20 (G20) pada akhir pekan ini di Jepang.
"Risiko tak mencapai target adalah yang terbesar. Jika pembicaraan perdagangan macet maka kita bisa turun lebih rendah, mungkin sangat rendah, dan sektor teknologi bisa menjadi yang paling terpuruk," kata Randy Frederick, Wakil Presiden Perdagangan & Derivatif di Charles Schwab.
Investor lain mengatakan optimisme mereka tentang saham teknologi berdasar pada ekspektasi bahwa pertumbuhan pendapatan di sektor ini akan mengungguli sektor perekonomian lainnya selama beberapa tahun ke depan.
"Ekspektasi kami untuk kemajuan nyata terkait tarif di G20 cukup rendah," kata David Carter, kepala investasi di Lenox Wealth Advisors di New York.
"Teknologi tak sekadar permainan taktis jangka pendek, dan lebih merupakan kepercayaan pada potensi pertumbuhan jangka panjang. Tentu saja, itu dipengaruhi oleh tarif dan peraturan, tetapi harapan pertumbuhan masih ada."
Seperti yang diberitakan pada Rabu (26/6), AS berharap memulai kembali perundingan perdagangan dengan China di G20, namun tak ingin China meminta kondisi tertentu terkait tarif yang saat ini dikenakan AS pada barang-barang China dalam pembahasan selisih perdagangan tersebut.
Trump juga telah mengancam untuk mengenakan tarif tambahan senilai US$ 325 miliar, mencakup hampir semua impor Cina yang tersisa ke AS, termasuk produk konsumen seperti ponsel, komputer dan pakaian. Tarif tersebut akan dikenakan jika pertemuan Trump dengan Xi tidak menghasilkan kemajuan dalam penyelesaian keluhan AS seputar cara Cina melakukan bisnis.
Seorang pejabat pemerintahan AS mengatakan kedua belah pihak dapat setuju untuk tidak mengenakan tarif baru sebagai niat baik untuk melanjutkan negosiasi, tetapi dia mengatakan tidak jelas apakah itu akan terjadi.
Pejabat yang tak mau disebutkan namanya itu juga menyebut AS tidak mau pertemuan dengan China dilakukan dengan pelonggaran tarif. AS, menurut dia, juga ingin China mengembalikan perundingan seperti sebelum Negeri Tirai Bambu itu menarik janji-janjinya hingga perundingan berakhir macet.
[Gambas:Video CNN]
(REUTERS/ard)
https://ift.tt/2Yk18Bv
June 29, 2019 at 03:45PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2Yk18Bv
via IFTTT
No comments:
Post a Comment