Mengutip Reuters pada Senin (29/7), harga minyak berjangka Brent sepekan terakhir naik 1,7 persen menjadi US$63,46 per barel.
Sementara itu, harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) naik 1,2 persen menjadi US$56,2 per barel.
Realisasi data ekonomi AS memberikan harapan terkait prospek yang positif dari permintaan minyak dunia tahun ini. Kekhawatiran sejumlah pihak juga berkurang terkait keselamatan transportasi minyak di sekitar Selat Hormuz hingga ancaman terhadap pasokan.
Ekonomi Negeri Paman Sam per kuartal II 2019 diketahui tumbuh 2,1 persen secara tahunan. Realisasi itu memang lebih baik dari prediksi sebelumnya yang hanya 1,8 persen, tapi tetap lebih rendah dari posisi kuartal II 2018 yang meningkat 3,1 persen.
Capaian pertumbuhan ekonomi AS disokong oleh tingkat belanja konsumen sepanjang kuartal II 2019. Oleh karena itu, sejumlah pihak yakin tingkat permintaan minyak tetap positif ke depannya.
"Data itu positif. Realisasi Produk Domestik Bruto (PDB) AS mengalahkan ekspektasi. Pengeluaran konsumen berada di luar grafik," papar Mitra di Again Capital Management John Kilduff seperti dikutip Reuters.
Namun demikian, perlambatan ekonomi global, khususnya di Asia dan Eropa, diperkirakan dapat memberikan sentimen negatif terhadap permintaan minyak dunia di luar AS.
"Ada pertempuran di pasar saat ini antara mereka yang berpikir akan melihat kondisi ekonomi yang melambat yang akan menekan permintaan dan yang lainnya (terfokus pada) apa yang terjadi di Teluk Persia serta penurunan produksi," kata Gene McGillian, Wakil Presiden Riset Pasar di Tradition Energy di Stanford.
Pekan depan, perwakilan AS dan China akan bertemu untuk membahas kelanjutan perundingan perdagangan antar kedua negara tersebut. Hal ini diharapkan akan mendorong harga minyak dunia.
[Gambas:Video CNN] (aud/lav)
https://ift.tt/2YcxUZq
July 29, 2019 at 02:08PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2YcxUZq
via IFTTT
No comments:
Post a Comment