Menurutnya, saat ini kebutuhan beras nasional masih cukup besar. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah masih membuka keran impor beras.
"Maka itu, untuk beras reguler lebih bijaksana kalau penuhi kebutuhan dalam negeri dulu," ucapnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (24/1).
Data Kementerian Pertanian (Kementan), jumlah produksi beras nasional tahun kemarin mencapai 80 juta ton atau setara 46,5 juta ton beras. Sementara jumlah konsumsi masyarakat sekitar 33,46 juta ton.
Meski posisi beras saat ini mencukupi, namun menurutnya, jumlah pasokan masih belum cukup stabil, sehingga perlu persiapan yang lebih dalam sebelum akhirnya benar-benar kebijakan ekspor beras diberlakukan. Persiapan salah satunya, perlu dilakukan dalam bidang infrastruktur hingga akses pasar.
"Yang lebih penting saat ini membangun infrastruktur supaya dapat bersaing di pasar internasional secara pararel dengan pemenuhan kebutuhan nasional," jelasnya.
Kendati begitu, Arief percaya ekspor bukan hal yang benar-benar tidak mungkin bagi tanah air. Sebab, beberapa jenis beras memungkinkan untuk dijual ke pasar luar negeri. Misalnya, beras merah dan beras hitam.
"Itu beras yang langka, anti oksidan, dan berserat tinggi, bisa ke negara maju seperti Eropa. Lalu, beras organik atau beras kesehatan juga sangat mungkin dilakukan," katanya.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso berkeinginan untuk mengekspor beras saat masa panen raya pada Maret mendatang. Ekspor bakal dilakukan jika gudang beras milik Bulog tak cukup menyerap beras hasil panen raya.
"Di Maret hingga April nanti, mungkin kami akan menyerap 1,8 juta ton dan kami tidak bisa menyerap lebih banyak lagi. Kami sedang berpikir untuk menjual hasil produksi panen beras petani ke beberapa negara karena mungkin mereka butuh dari Indonesia," ucapnya. (uli/agt)
http://bit.ly/2CECkut
January 24, 2019 at 10:44PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2CECkut
via IFTTT
No comments:
Post a Comment