Hal itu disampaikan dalam keterangan resmi perusahaan tersebut. Kenaikan itu ditopang dengan strategi pengembangan pasar emas baik domestik dan ekspor, serta inovasi logam mulia perusahaan milik negara itu.
Direktur Utama PT Antam Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan penjualan itu terbesar sepanjang sejarah perusahaan. Dia menuturkan hal itu akan menjadi basis yang kuat bagi perusahaan pada tahun ini.
"Kami percaya fundamental Perusahaan akan semakin solid di tahun 2019 dengan ditopang peningkatan kinerja operasi, upaya penghematan biaya serta inovasi dalam penciptaan nilai tambah komoditas," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (24/1).
Selain itu, perusahaan itu juga mencatatkan volume produksi feronikel (unaudited) sebesar 24.868 ton nikel dalam feronikel (TNi) atau naik 14 persen dibandingkan dengan 2017, yakni 21.762 TNi. Penjualan juga meningkat dari 21.878 TNi pada 2017 menjadi 24.135 TNi tahun lalu.
Untuk komoditas bijih nikel, tercatat volume produksi sebesar 9,31 juta wet metric ton (wmt), atau naik 67 persen dibandingkan 2017 yakni 5,57 juta wmt. Volume penjualan bijih nikel tercatat sebesar 6,29 juta wmt, atau naik sigifikan 114 persen dibandingkan dengan total volume penjualan tahun 2017 sebesar 2,93 juta wmt.
Antam juga terus berupaya mengembangkan strategi melalui proyek-proyek hilirisasi. Proyek strategi pengembangan perusahaan saat ini mencakup Proyek Kunci yakni pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) dengan kapasitas produksi sebesar 13.500 TNi (Line 1).
Hingga November 2018, realisasi konstruksi P3FH telah mencapai 89 persen dan pengoperasian pabrik bakal dilaksanakan pada Triwulan I/ 2019. Pabrik itu akan meningkatkan kapasitas total terpasang feronikel PT Antam sebesar 50 persen dari kapasitas produksi feronikel terpasang saat ini sebesar 27.000 TNi menjadi 40.500 TNi per tahun.
Selain itu, perusahaan juga meneken Joint Venture Agreement Proyek Pengembangan Pabrik Nickel Pig Iron (NPI) Blast Furnace Halmahera Timur dengan mitra Ocean Energy Nickel International Pte. Ltd (OENI).
"Proyek NPI Blast Furnace memiliki total kapasitas produksi mencapai 320.000 ton NPI atau setara dengan 30.000 ton nikel dalam NPI (TNi) yang terdiri dari 8 line dengan total investasi sekitar US$320 juta. Direncanakan tahap ground breaking proyek Tahap Pertama dilaksanakan pada 2019," demikian Antam.
Terkait dengan komoditas bauksit, Antam juga memfokuskan pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) dengan PT Inalum yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGA per tahun (Tahap 1). Pada Oktober 2018, telah dilakukan penandatangan Kerjasama antara Inalum Group dengan Aluminum Corporation of China Ltd. (CHALCO) terkait Pembangunan SGAR.
Pada 2018, saham Antam menjadi bagian dari Indeks IDX Small-Mid Cap (SMC) Composite, Indeks IDX SMC Liquid, Indeks PEFINDO Investment Grade (i-Grade), Jakarta Islamic Index dan Indeks Kompas100 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham perusahaan juga tetap menjadi bagian dari indeks IDX LQ45 dan Indeks IDX30 yang merupakan kelompok saham dengan tingkat likuiditas tertinggi di BEI. (asa)
http://bit.ly/2T5UhJk
January 24, 2019 at 10:55PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2T5UhJk
via IFTTT
No comments:
Post a Comment