Bahkan Dian mengklaim Prabowo tak ingin menyerang pribadi lawannya, dalam hal ini Joko Widodo. Prabowo justru mengapresiasi kinerja pemerintahan di era Jokowi.
"Ini artinya Pak Prabowo memang orang yang sangat fair. Dia sangat baik, bahkan terlalu baik. Tidak mau menyerang personal," kata Dian di Jakarta, Senin (18/2).
Sementara itu Direktur Eksekutif dari Developing Countries Studies Center (DCSC) Zaenal A Budiyono melihat secara umum dalam debat tadi malam penampilan kedua capres terbilang lebih baik jika dibandingkan dengan debat pertama yang cenderung kaku karena kungkungan kisi-kisi.
Meski demikian, dari segi penampilan dalam penyampaian pendapat serta tanggapan, ada perbedaan mendasar antara Jokowi dan Prabowo. Perbedaan itu terletak pada narasi yang dibangun dan pilihan diksi yang dipilih keduanya.
"Meski banyak yang geregetan gara-gara Prabowo terlalu santun, namun pilihan strategi ini menurut saya sudah dipikirkan masak," ujar Zaenal.
Zaenal pun mengakui saat ini Prabowo sedang menampilkan sosok The New Prabowo yang lebih sabar dan humoris di panggung debat. Mengingat selama ini opini awam tentang Prabowo adalah sosok yang kaku dan otoriter.
Apalagi masa lalu Ketua Umum Partai Gerindra ini kerap kali disangkutkan dengan stigma negatif yang melekat dengan dirinya. Tentu, kata Zaenal, hal ini akan sangat menguntungkan Prabowo mengingat peta pemilih Indonesia masih cenderung ke pemimpin yang santun alih-alih otoriter.
Contohnya Susilo Bambang Yudhoyono. Terpilihnya Ketum Partai Demokrat itu sebagai Presiden pada dua periode sebelumnya menunjukkan masyarakat pemilih cenderung lebih bersimpati dengan pemimpin santun."SBY tidak lebih pintar dari Amien Rais, Megawati, Wiranto maupun Jusuf Kalla, nama-nama yang menjadi kompetitornya di 2004 dan 2009. Namun dia dipersepsikan oleh publik sebagai tokoh yang santun dan jarang menyerang kompetitor secara berlebihan." kata dia.
Sementara itu, pengamat ekonomi dan politik Kusfriadi menyebut Jokowi telah kalah dalam memanfaatkan momen di debat kedua tadi malam. Padahal posisinya sebagai petahana, banyak menguntungkan.
Misalnya terkait data, kata Kusfriadi, seharusnya Jokowi bisa menyajikannya secara akurat.
"Harusnya bisa lebih akurat. Bukan hanya itu, penyampaian data harusnya disertai dengan mengungkap data mengenai dampak terhadap masyarakat dan manfaatnya terhadap kepentingan nasional," kata Kusfriadi.
Namun hal itu justru terlewatkan oleh Jokowi dalam debat kedua tadi malam. Jokowi gagal memyampaikan capaian dengan data rill, apalagi yang berkaitan dengan penciptaan lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan rakyat, dan penguatan ekonomi nasional.
"Dari seluruh sesi debat, apa yang disampaikan petahana sangatlah artifisial. Padahal bagi petahana ke semuanya itu penting dijelaskan ke publik, terutama menyangkut kepentingan menyejahterakan rakyat, memperkuat perekonomian nasional dan pembangunan yang tetap memperhatikan daya dukung dan kelestarian lingkungan hidup," katanya. (tst/osc)
http://bit.ly/2NcCj5R
February 19, 2019 at 01:17AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2NcCj5R
via IFTTT
No comments:
Post a Comment