Mereka berdua saling mengenal sejak kecil karena rumah yang berdekatan. Hampir setiap Nike pergi melewati rumah Melly. Sampai akhirnya mereka latihan bernyanyi di tempat yang sama, yaitu di Himpunan Artis Penyanyi dan Musisi Indonesia (HAPMI).
"Mamanya Nike mirip aku karena kribo, sementara mama aku mirip Nike karena indo. Jadi kami suka tukar-tukaran ibu kalau naik becak. Sahabat bangetlah," kata Melly kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Melly mengingat Nike memiliki sifat centil dan percaya diri sejak kecil. Menurutnya Nike sangat pantas menjadi penyanyi, berbeda dengan dirinya sendiri yang minder.
Menengok ke belakang, Nike pertama kali merilis single bertajuk Lupa Diri lewat album kompilasi Bandung Rock Power (1987). Lagu itu menjadi fondasi karier bermusiknya yang saat itu memiliki nama panggung Nike Astrina.
Ia terus bermusik dengan merekam album Hanya Satu Nama di bawah naungan JK Records pada 1988. Saat itu Nike masih berusia 13 tahun. Namun album tersebut batal dirilis karena Nike dianggap masih terlalu muda. Album itu baru resmi dirilis pada 2013.
Nike mengubah nama panggung menjadi Nike Ardilla pada 1989. Pada tahun yang sama, ia merilis album bertajuk Seberkas Sinar di bawah naungan Ariesta Records pada 1989. Kurang lebih, kaset album ini berhasil terjual sebanyak 500 ribu kopi.
Bagai tak terhentikan, setelah itu Nike merilis album setahun sekali dan mampu terjual jutaan kopi. Album tersebut adalah Bintang Kehidupan (1990), Nyalakan Api (1991), Matahariku (1992), Biarlah Aku Mengalah (1993), Biarkan Cintamu Berlalu (1994) dan Sandiwara Cinta (1995).
Sejak 1992, Nike mulai mengontrak di Jakarta agar tak perlu bolak-balik Jakarta-Bandung bila ada kegiatan rekaman dan syuting film atau sinetron. Tepatnya, ia mengontrak di Jalan Mangga, Fatmawati, Jakarta Selatan, satu kontrakan dengan Melly.
Selama satu kontrakan, Melly mengenal lebih dalam sosok Nike. Ia banyak belajar hal positif dari Nike, salah satunya berprasangka baik dan berbagi dengan orang lain.
"Lemarinya enggak pernah dikunci atau ditutup. Ada uang segepok, cincin, ada apa, ya dibiarkan saja kalau ada lalu lalang orang di dalamnya ya," kata Melly.
Kedekatan Melly dengan Anto Hoed terjadi usai Nike Ardilla meninggal dunia. (Repro/CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama)
|
Melly melanjutkan, "Kalau dia ke luar negeri gitu ya, dia pulang bawa berkoper-koper. Terus dia panggilin teman-temannya, dia buka, terus suruh temannya milih lalu sisanya buat dia. Baik banget memang, belum nemu [orang seperti Nike] sampai sekarang."
Kedekatan mereka berdua juga diingat oleh kakak Nike, Alan Yudi. Saat ditemui CNNIndonesia.com dalam kesempatan terpisah, Alan menjelaskan bahwa pada 1993 Nike mengajak Melly untuk menjadi suara latar saat ia tampil.
"Ya, Nike mengajak Melly bekerja. Kadang Nike juga menawarkan Melly untuk manggung sendiri kalau Nike tidak bisa," kata Alan.
Bukan hanya Nike, kala itu Melly menjadi suara latar banyak musisi, beberapa di antaranya adalah Ita Purnamasari dan Armand Maulana. Ia senang dan menikmati menjadi suara latar karena mendapat uang.
Dengan menjadi suara latar itu, Melly bertemu dengan Anto Hoed yang kini menjadi suaminya. Ia mulai dekat dengan Anto, namun jarang bertemu karena kerap menghabiskan waktu dengan Nike.
"Nike Ardilla meninggal, jadi aku makin sering main ke rumah mas Anto. Bikin-bikin lagu sampai akhirnya rekaman biaya sendiri minjem duit ke Tony Gunawan, sahabat mas Anto," kata Melly.
Melly melanjutkan, "Mungkin kalau dia enggak meninggal, mungkin aku juga belom jadi aku. Kan momen aku 'jadi' bareng Potret itu ya sering main ke rumah Mas Anto, karena dia sudah meninggal, (aku) jadi enggak ada teman begitu."
[Gambas:Video CNN] (adp, agn/end)
https://ift.tt/2JoUCq4
March 19, 2019 at 10:40PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2JoUCq4
via IFTTT
No comments:
Post a Comment