Seperti dilansir Associated Press, Senin (11/3), kotak hitam yang berhasil ditemukan adalah perekam data penerbangan dan percakapan kokpit (flight data dan cockpit voice recorder). Kedua perangkat itu dalam kondisi rusak.
"Kita akan lihat apa bisa kita ambil dari benda itu," kata sumber Ethiopian Airlines.
Pakar forensik dari Israel sudah tiba untuk membantu proses penyelidikan. Menurut juru bicara Ethiopian Airlines, Asrat Begashaw, pengusutan kecelakaan itu akan dipimpin oleh pemerintah Ethiopia dibantu Amerika Serikat, Kenya, dan beberapa negara lain.
Pesawat Boeing 737-8 MAX milik Ethiopian Airlines jatuh di sebuah tanah kosong di dekat Desa Tulu Fara, Kota Bishoftu, tak jauh dari di ibu kota Addis Ababa. Burung besi itu dalam perjalanan menuju Nairobi, Kenya. Sebanyak 157 penumpang sekaligus awak dipastikan meninggal.
Tipe pesawat yang jatuh di Ethiopia sama dengan yang disewa oleh maskapai Lion Air dengan kode penerbangan PK-LQP. Pesawat yang disewa Lion Air itu jatuh di perairan Tanjung, Karawang, Jawa Barat pada 29 Oktober 2018 silam.
Tercatat sebanyak 32 korban berkewarganegaraan Kenya, 18 Kanada, sembilan Etiopia, delapan Italia, delapan China, delapan Amerika Serikat, tujuh Inggris, tujuh Perancis, enam Mesir, lima Belanda, empat India, empat Slovakia, tiga Austria, tiga Swedia, tiga Rusia, dua Maroko, dua Spanyol, dua Polandia, dan dua Israel.
Sementara masing-masing satu korban berasal dari Indonesia, Belgia, Somalia, Norwegia, Serbia, Togo, Mozambik, Rwanda, Sudan, Uganda, dan Yaman.
https://ift.tt/2HsuWXe
March 12, 2019 at 02:29AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2HsuWXe
via IFTTT
No comments:
Post a Comment