Kepala Masjid Jumma di Kolombo, Reyyaz Salley, mengakui ketakutan umat Muslim ini, terlihat pengurangan drastis orang yang datang ke salah Jumat hari ini.
Salat Jumat yang biasanya berjalan selama satu jam juga dipangkas hingga hanya 15 menit karena alasan keamanan.
Pemerintah Sri Lanka sendiri memang sudah mengimbau warga untuk tidak datang ke tempat-tempat ibadah karena masih ada potensi serangan lanjutan.
"Kami mengirimkan pesan kepada para ekstremis bahwa kami tidak takut. Alasan utama kami adalah kami ingin memanjatkan doa khusus untuk korban pemboman gereja," ujar Salley kepada AFP.
Sementara itu, 330 kilometer dari Kolombo, tepatnya di Kattankudy yang berpenduduk mayoritas Muslim, jemaah salat Jumat masih lebih banyak ketimbang di ibu kota.
Lebih dari seribu orang menghadiri ibadah salat Jumat di masjid utama di kawasan tersebut, Mohiuddin Methaipali Jumma.
Seorang pejabat masjid, Mohammed Ramesh, mengaku geram karena pelaku pengeboman pada Paskah lalu hanya segelintir orang Islam, tapi seluruh komunitas pemeluk agama tersebut terus disalahkan.
Namun, Ramesh merasa bangga karena warga di daerahnya masih memiliki semangat persatuan setelah serangan bom beruntun yang menewaskan 257 orang itu terjadi.
"Orang yang melakukan serangan itu bukan manusia. Semua warga Sri Lanka harus bersatu melawan itu, baik itu Buddha, Kristen, Hindu, juga Muslim," katanya.
Menutup pernyataannya, ia berkata, "Saya berdoa lima kali sehari bagi para korban Kristen sejak serangan itu terjadi." (has)
http://bit.ly/2GuL08s
April 27, 2019 at 02:30AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2GuL08s
via IFTTT
No comments:
Post a Comment