Lonjakan harga saham Airbus terjadi setelah rival perusahaannya asal Negeri Paman Sam Boeing Company mengalami persoalan berat di industri penerbangan global.
Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, dua pesawat buatannya yakni jenis Boeing 737 MAX 8 mengalami kecelakaan di dua lokasi berbeda. Pertama, insiden pesawat jatuh terjadi di Indonesia pada Oktober 2018, tepatnya di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. Penerbangan Maskapai Lion Air dengan nomor JT610 itu merenggut 189 nyawa.
Selanjutnya pada Minggu (10/3) lalu, pesawat Ethiopian Airlines dengan tipe yang sama juga jatuh tak lama setelah lepas landas di Addis Ababa, Ethiopia. Sebanyak 157 penumpang beserta awal kapal dilaporkan tewas.
Dua peristiwa itu akhirnya menimbulkan tekanan global yang kuat. Sejumlah negara berbondong-bondong melarang penerbangan dengan pesawat jenis Boeing terbaru tersebut. Sebut saja China, Vietnam, Uni Emirat Arab, dan negara-negara Uni Eropa. Terakhir, Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahkan mengumumkan pelarangan pengoperasian semua pesawat jenis Boeing 737 MAX.
Padahal sebelumnya, AS memastikan tidak akan melarang pengoperasian Boeing 737 MAX, meski didesak berbagai pihak.
Sebagai informasi, harga saham Airbus pada perdagangan saat itu berada di rentang 114,58 Euro - 116,96 Euro. Dalam perhitungan mingguan, harga saham berada di rentang yang cukup lebar yakni, 77,5 Euro - 116,96 Euro.
Dengan kapitalisasi pasar mencapai 90,74 miliar Euro, saham Airbus telah menghasilkan imbal hasil (return) tahunan mencapai 24,75 persen dengan rasio keuntungan terhadap harga saham (price earning ratio/PER) sebesar 29,73 persen.
[Gambas:Video CNN] (lav/bir)
https://ift.tt/2Hwn0UM
March 14, 2019 at 10:22PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2Hwn0UM
via IFTTT
No comments:
Post a Comment